trend tas kulit binatang buas

Mungkin orang akan ngeri melihat
reptil buas, seperti buaya dan ular piton. Namun, ketika yang buas itu beralih
rupa menjadi tas yang anggun dan sepatu yang manis, giliran penggemar �fashion�
yang �buas� memburunya. 
Tas kulit reptil buatan Indonesia
sebenarnya telah sejak lama mengisi sebagian pasar dunia. Kualitas kulit,
desain yang klasik, dan detail kerapihan jahitan tak kalah dengan tas-tas dari
rumah butik dunia. Setidaknya itu dimulai oleh tas bermerek Raflo sejak 1992
dengan memproduksi aneka tas perempuan berbahan kulit buaya. Kualitas kulit
terkontrol berkat pengelolaan sendiri penangkaran buaya.
Erika Wiradinata bercerita, Raflo
merupakan singkatan dari nama kedua orangtuanya, Rachmat dan Flora, yang
mendirikan perusahaan sejak 1990. Ayahnya, yang pernah bekerja di sebuah
perusahaan otomotif, banting setir terjun berbisnis penangkaran buaya dan
menjadi eksportir kulit buaya ke sejumlah negara.
Adalah sang ibu, Flora, yang
kemudian ingin berbuat lebih. Menurut Erika, ibunya berpendapat, mengapa tidak
mengekspor produk jadi ketimbang hanya mengekspor kulit. Akhirnya, pada 1992,
orangtuanya mengembangkan bisnis mereka menjadi produsen aneka tas berbahan
kulit buaya dan reptil lain, seperti biawak dan ular.
Langkah ini tentu berefek domino,
yakni terbukanya lapangan pekerjaan yang lebih luas dan membangun identitas
produk lokal Indonesia di pasar dunia. �Ibu yang awalnya mendesain semua tas.
Dari total produksi, sebanyak 90 persen untuk pasar di luar negeri, sisanya
untuk pasar domestik. Negara utama tujuan ekspor pada awalnya Jepang, lalu
meluas ke Eropa, Rusia, dan juga Timur Tengah,� tutur Erika.
Menurut Erika, jenis buaya yang
ditangkar di penangkaran di Serang Banten adalah buaya Crocodylus porosus
(buaya muara) dan Crocodylus novaeguineae (buaya tawar), yang berasal dari
Papua. Mereka kini memiliki sekitar 3.500 buaya dengan kapasitas panen sekitar
30 buaya per bulan. Kulit dari buaya porosus memiliki tekstur dan corak yang
terbilang paling cantik, yakni perpaduan antara corak berukuran sedang dengan
kecil-kecil halus. Tas dari kulit buaya porosus biasanya dihargai lebih tinggi
daripada kulit buaya novaeguineae.
Satu tas berukuran kecil, dengan
lebar sekitar 32 sentimeter, bisa berasal dari tiga ekor buaya. Bagian yang
diambil biasanya kulit di bagian perut. Buaya yang dipanen untuk membuat tas
ini biasanya buaya berusia 2-3 tahun. �Buaya di usia tersebut memiliki corak
kulit yang paling bagus. Semakin tua buayanya, corak semakin besar-besar,� kata
Erika.
Sejauh ini, Raflo mempertahankan
desain klasik dalam aneka tas tote bag, satchel, dan clutch. Desain klasik
tersebut selaras dengan target pasar mereka, yakni perempuan di usia mapan, 40
tahun ke atas. Tas Raflo ini bisa dijumpai di butik di Rasuna Office Park,
Kompleks Apartemen Rasuna, Jakarta Selatan.
Ular piton
Kulit ular tak kalah eksotis.
Sisik-sisik kulit yang membentuk aneka corak dan gradasi warna memberi dimensi
yang sungguh memikat. Salah satu produk lokal tas dan sepatu berkulit ular
adalah Pla, yang bisa ditemui di Plaza Indonesia dan Plaza Senayan, Jakarta.
Mellissa Soesanto, salah satu pendiri Pla, bercerita, Pla awalnya merupakan
bisnis sepatu datar berbahan kulit, baik reptil maupun kulit sapi.
�Saya sangat suka pakai flat shoes
(sepatu datar). Dan, sekitar tujuh tahun lalu, kulit reptil itu belum terlalu
populer, jadi kami coba produksi flat shoes pada awalnya sebelum akhirnya
sepatu wedges, heels, dan tas,� cerita Mellissa.
Tekad Mellissa dan rekannya
ketika itu adalah memproduksi produk lokal berbahan lokal yang berkualitas. Pla
bahkan kini telah memenuhi permintaan dari berbagai negara, baik dengan merk
Pla maupun pemesanan skala besar tanpa merek. Selain memanfaatkan kulit ular
piton, Pla juga menggunakan kulit buaya.
Permainan warna yang lincah dan
desain yang kasual membuat sepatu dan tas kulit ular dari Pla diminati, mulai
dari perempuan berusia remaja hingga dewasa. Harga tas dan sepatu berkulit ular
memang lebih terjangkau daripada kulit buaya.
Mellisa menjelaskan, corak kulit
ular tergantung jenis ular piton yang digunakan. Pla menggunakan aneka jenis
ular piton. Ular piton atau kerap juga disebut ular sanca atau ular sawah
memiliki beberapa jenis, di antaranya Python molurus atau piton bodo dan Phyton
reticulatus atau piton batik, yang memiliki corak yang cantik.
�Kualitas kulit ditentukan sejak
pengulitan, pembersihan, penyamakannya. Jangan sampai ada sisa daging dan
lembab sehingga gampang berjamur,� kata Mellissa.
Dari kulit ular yang berkualitas
itu lantas pewarnaan memainkan peran yang krusial. Gradasi dan kematangan warna
akan berpengaruh pada daya tarik tas dan sepatu. Meski tampaknya sisik kulit
ular terasa tipis, daya tahannya ternyata cukup kuat. Sejauh ini, kata
Mellissa, tak pernah ada protes pelanggan soal sisik kulit ular yang
mengelupas.
Selain sepatu dan tas, Pla kini
juga mengembangkan aksesori berbasis kulit, dompet untuk aneka mata uang, dan
ikat pinggang. Setiap produk tampak dibuat dengan ketekunan dan ketelatenan.
�Kualitas perajin Indonesia itu
sebenarnya bagus-bagus dan telaten. Jika ada pembinaan yang lebih serius, pasti
bisa bersaing dengan produk luar,� kata Mellissa.
berikut beberapa contoh model tas dari kulit buaya dan ular :




Sebelumnya
« Prev Post
Berikutnya
Next Post »